Wajah Muram Saung Angklung Udjo di Masa Pandemi

- 3 Maret 2021, 09:21 WIB

Saung Angklung Udjo (SAU) dikenal sebagai tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu dan bengkel instrumen musik Sunda. Tempat ini juga berfungsi sebagai laboratorium pendidikan dan pusat belajar musik tradisional, khususnya angklung. Adalah pasangan suami istri Udjo Ngalagena dan Uum Sumiati yang mendirikan Saung Angklung Udjo pada tahun 1966 untuk melestarikan kebudayaan tradisional Sunda. Berlokasi di Jalan Padasuka nomor 118, Bandung, Jawa Barat, Saung Angklung Udjo biasanya menggelar lima kali pertunjukan angklung dalam sehari. Pertunjukannya pun banyak diminati pelajar, wisatawan domestik maupun mancanegara. Di sepanjang perjalanannya, Saung Angklung Udjo telah meraih berbagai penghargaan lokal maupun internasional. Salah satu yang bergengsi yakni penghargaan Best Asean Cultural Preservation Effort dalam ASEANTA 2016. Namun, pandemi COVID-19 yang telah mewabah di Indonesia maupun dunia sejak setahun lalu telah mengubah raut wajah satu-satunya pusat kebudayaan musik Sunda di Indonesia ini. Aktivitas bisnis pariwisata di Saung Angklung Udjo itu cukup terpuruk. Dalam satu pekan tempat itu hanya dikunjungi tak lebih dari 20 orang, padahal dalam kondisi normal, Saung Angklung Udjo mampu menarik pengunjung hingga dua ribu orang per hari. Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Pulau Jawa dan Bali sejak Januari lalu, Saung Angklung Udjo sama sekali tidak menggelar pertunjukan. Kekosongannya diisi oleh generasi ke-4 dari Udjo Ngalagena untuk berlatih. Dua hari dalam seminggu, cicit-cicit pendiri Saung Angklung Udjo itu pun mengasah kemampuan mereka bermain alat musik tradisional Sunda. Sembari menunggu pandemi berakhir, Saung Angklung Udjo fokus melakukan regenerasi seniman-seniman Sunda sehingga jika nanti keadaan kembali normal, pusat budaya Sunda ini bisa kembali bangkit dengan generasi dan semangat baru. Foto dan teks: Raisan Al Farisi Editor: Widodo S Jusuf

Images Lainnya

Terpopuler

Kabar Daerah

x