Network
Irfan Hakim mengaku hewan-hewan tersebut meresponsnya dengan cara mereka sendiri, baik melalui pandangan mata, lenguhan, maupun gerakan tubuh.
"Setiap hewan punya cara mereka sendiri dalam merespons. Dari matanya, dari lenguhannya, gue bisa merasakan kalau mereka mengerti apa yang gue bilang," kata Irfan Hakim. Baginya, kurban bukan hanya tentang proses seremonial, tetapi juga tentang ikatan emosional yang terjalin antara dirinya dan hewan-hewan tersebut.
Perasaan ini semakin mendalam pada malam takbiran. Irfan Hakim mengaku selalu mengunjungi kandang dan berbicara dengan sapi-sapinya, memberikan pesan perpisahan dengan penuh cinta. "Jadi kalau ditanya galau, yang galau bukan gue doang, tapi ini berjamaah karena sebegitu cintanya," ujarnya.
Dengan cara ini, Irfan Hakim merasa lebih memahami hakikat sebenarnya dari pengorbanan. "Gue merasa ini tuh hakikatnya seperti Nabi Ibrahim mengorbankan Nabi Ismail," katanya, menggambarkan betapa beratnya melepaskan sesuatu yang dicintai demi ketaatan dan pengorbanan.
Baca Juga: Irfan Hakim Kenalkan Grandong Sapi Berharga Rp230 Juta dengan Bobot 1,3 Ton Sebesar Gajah
Tahun ini, Irfan Hakim telah menyiapkan empat ekor sapi berukuran besar, yang masing-masing diberi nama Condrosimo, Janoko, Nicki, dan Bomber. Tiga sapi di antaranya akan dikurbankan tahun ini, sementara Janoko akan menunggu giliran tahun depan.
Bagi Irfan Hakim, proses kurban adalah lebih dari sekedar tradisi. Ini adalah momen untuk menghargai kehidupan, merasakan kedekatan emosional, dan memahami makna pengorbanan yang sesungguhnya.
Dengan caranya yang unik ini, Irfan Hakim telah menunjukkan bahwa rasa cinta dan penghargaan kepada hewan dapat membawa makna yang lebih dalam dalam setiap ibadah yang dijalani. ***
