SELEBRITALK - Solois asal Jakarta, Ardhito Pramono baru saja merilis single terbarunya “Wijayakusuma”. Lagu berkonsep era Indonesiana ini dirasakan kuat sekali luapan energi eksploratif mendiang Chrisye yang terpantik berkat sejawatnya seperti Eros Djarot, mendiang Yockie Suryoprayogo, Keenan Nasution, hingga Guruh Soekarnoputra.
Ardhito membagi lagu ini dalam 2 babak. Pada babak pertama, Ardhito mempertanyakan makna hidup dengan iringan khidmat piano, orkestrasi yang lirih, juga adakalanya sahut paduan suara.
“Laju senja, pasrah gelap tiba. Tertunduk, termenung, terkulai, terlunta. Cemas akan guna,” begitu penggalan liriknya yang ia tuliskan dengan padanan aksara autentik, dinyanyikan melalui lekuk pop Indonesia kala 50 tahun silam.
Baca Juga: Lirik Lagu Foreshadow dari ENHYPEN Lengkap dengan Terjemahan Indonesia
Liriknya kemudian berkembang seiring lagunya melaju mencapai babak kedua, ketika ia mengaitkan makna hidup dengan alam semesta yang digambarkan oleh kekayaan alam maupun budaya Indonesia.
Berikutnya, aransemennya tumbuh selaras dengan semakin megahnya bagian orkestrasi maupun paduan suara, serta diramaikan oleh komposisi gamelan dan nyanyian sinden dari Peni Candra Rini, pelaku macapat asli Solo.
Lengkap sudah! Jika digambarkan, 'Wijayakusuma' selayaknya luapan energi eksploratif mendiang Chrisye yang terpantik berkat sejawatnya seperti Eros Djarot, mendiang Yockie Suryoprayogo, Keenan Nasution, hingga Guruh Soekarnoputra. Ardhito bukan berusaha mereplika zaman emas itu. Ia menjembatani semangatnya untuk masa ini.
Ardhito menerangkan bahwa pada awalnya lagu ini tidak bisa direkam karena dirinya tidak tahu cara menyanyikannya. “Di-take pertama, Oomleo merasa gue tidak nyaman dan terengah-engah. Jadi yang sudah dalam versi lagunya, itu setelah melalui take ke-100 sekian.”