“Sebab, flexing bisa menyebabkan fear of missing out (FOMO), kurang percaya diri, merusak mental pribadi, dan juga bisa mempengaruhi produktivitas,” Muhammad Buldansyah menambahkan.
Baca Juga: Sisi Lain Jungkook BTS, Bisa Jadi Sahabat Sekaligus Malaikat Pelindung Bagi Member
Konten Negatif Meningkat
Pernyataan di atas, sesuai dengan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang menyebut dari total 210 juta pengguna internet Indonesia di tahun 2021–2022, ada sebanyak 99,16% pengguna berasal dari kelompok usia 13-18 tahun.
Yang mengejutkan, Data Digital Civility Index (DCI) Microsoft menunjukkan terdapat peningkatan konten dan perilaku negatif di media social dan makin memburuk selama pandemi.
Berdasarkan hasil survei tersebut, 30% responden menyebut kesopanan di sosial media semakin memburuk, tolong-menolong berkurang 11%, sikap tidak saling mendukung berkurang 8%, rasa kebersamaan juga menurun 11%.
Di tengah situasi itu uncul fenomena flex culture, dan ini menjadi kontributor yang menyebabkan lebih dari 19 juta anak-anak Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami depresi (Riskesdas, 2018).
Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Fadjar Hutomo, berharap, “Lewat pelatihan dan kompetisi film pendek S.O.S ini bisa menjadi media pembelajaran bagi anak muda Indonesia, untuk memamerkan kreativitas. Sehingga, media sosial bisa menjadi wadah untuk membuat konten positif.”
Internet Untuk Kreatif & Produktif