Apa Itu Skizofrenia? Penyakit yang Pernah Dialami oleh Korban Pelecehan Seksual Gofar Hilman

- 10 Juni 2021, 17:26 WIB
Apa itu  skizofrenia, penyakit yang pernah dialami oleh korban pelecehan seksual Gofar Hilman.
Apa itu skizofrenia, penyakit yang pernah dialami oleh korban pelecehan seksual Gofar Hilman. /Pixabay/

SELEBRITALK - Kasus pelecehan seksual yang menyeret nama Gofal Hilman sedang ramai diperbincangkan di media sosial.

Masalah yang pertama kali muncul lewat curhatan pemilik akun Twitter @quweenjojo itu mendapat perhatian warganet hingga trending.

Wanita pemilik akun ini mengungkap pengalaman tak mengenakkan yang ia alami pada Agustus 2018 lalu.

Korban mengaku Gofar telah melakukan pelecehan dengan memegang bagian sensitifnya.

Baca Juga: Tips Mengatasi Jerawat Mengganggu Hanya dalam Semalam Saja

Dalam utas yang ia buat, pemilik akun Twitter tersebut juga mengatakan bahwa dia pernah mengidap Skizofrenia, tetapi saat ini telah sembuh

“Tolong banget jangan kait-kaitin ini sama skizofrenia gue” tulis akun @quweenjojo.

Lalu, apakah Skizofrenia itu?

Skizofrenia adalah gangguan jiwa dengan level berat yang ditandai dengan perubahan tingkah laku yang aneh, halusinasi panca indera (mendengar, melihat, meraba, mengecap, mencium sesuatu yang tidak ada),dan merasa menjadi sesuatu yang tidak nyata seperti diikuti, diawasi, serta dibicarakan.

Perilaku skizofrenia ini disebabkan oleh perubahan kimia (neurotransmitter) di otak yang dipicu oleh berbagai macam masalah. misalnya stres, masalah keluarga, ekonomi, dan sebagainya.

Baca Juga: Viral Sisca Kohl Borong BTS Meal untuk Bikin es Krim, Netizen: Sekalian Beli BTS-nya Mba

Lebih parah, skizofrenia diketahui dapat menjadi penyebab depresi, suasana hati menjadi tidak tenang, dan neurotisisme seperti mengalami kecemasan, kemurungan, kekhawatiran yang tinggi, mudah iri, frustasi, cemburuan, dan merasa kesepian.

Gejala Skizofrenia

American Psychiatric Association menulis, ketika penyakit ini kambuh, penderita tidak dapat membedakan antara pengalaman nyata dan tidak nyata. Secara lebih rinci, gejala skizofrenia dibagi menjadi gejala psikotik positif berupa halusinasi.

Selain itu ada pula gejala negatif seperti penurunan kemampuan bicara, merencanakan, mengekspresikan emosi, atau menemukan kesenangan.

Ada pula yang disebut dengan gejala disorganisasi yakni ketika penderita mulai kacau berpikir dan berbicara, kadang-kadang perilaku aneh atau gerakan abnormal.

Baca Juga: Buntut Kerumunan Antrean BTS Meal, Polisi Akan Panggil Pengelola McD

Skizofrenia juga menyebabkan gangguan kognisi, yakni bermasalah dengan konsentrasi dan memori.

Obat untuk penderita skizofrenia

Pendeteksian dini skizofrenia sangat diperlukan untuk menemukan pengobatan yang tepat.

Hal itu bisa dilakukan jika ditemukan sejumlah gejala seperti seseorang tidak bisa menyampaikan ide secara runut, konsentrasi terganggu, berhalusinasi atau memiliki persepsi inderawiah palsu dan pergolakan emosi.

Baca Juga: Krisdayanti Diserang Netizen Gara-Gara Tanggapi Cuitan Melanie Soebono

Spesialis kesehatan jiwa mengungkapkan, penderita skizofrenia (ODS) berpeluang tak perlu mengonsumsi obat dalam jangka panjang bila gejala penyakitnya itu terdeteksi di episode awal.

"Orang dengan skizofrenia perlu mengonsumsi obat jangka panjang. Namun bila gangguan ditemukan pada episode awal, pengobatan bisa saja hanya dua tahun, lalu dievalusi apakah obat benar-benar dihentikan," ujar dr. A.A. A. Agung Kusumawardhani, SpKJ(K) dilansir Antara.

Bila penderita masih mengalami kekambuhan, perlu dilakukan evaluasi dari dokter setelah lima tahun masa pengobatan penderita.

Pemberian obat-obatan dibutuhkan untuk mengatasi kelebihan dopamin.

Tidak hanya pemberian obat, penderita juga memerlukan terapi psikososial misalnya pemberian bekal keterampilan agar ia siap kembali ke lingkungan sosialnya.***

Editor: Gilang Kencana C.R


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x